METODE SOSIOLINGUISTIK
Oleh: Ening Herniti
Metode yang digunakan adalah metode
linguistik dan sosiologi. Metode-metode linguistik dipakai untuk
mendeskripsikan bentuk-bentuk bahasa serta unsur-unsurnya dengan notasi
tanda-tanda fonetik/fonemik. Metode sosiologi biasa dipakai dalam mengumpulkan
data seperti, observasi, kuesioner, dan
wawancara. Analisisnya dapat menggunakan metode statistik, yakni untuk
mendapatkan pola-pola umun dalam tindak laku berbahasa.
Objek kajian sosiolinguistik dapat diteliti berdasarkan pada
tiga langkah, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil
analisis. Ada prinsip yang wajib diingat dalam konteks penelitian
sosiolinguistik, yaitu bahwa aspek luar bahasa sangat signifikan menjelaskan
atau dijelaskan oleh bahasa itu sendiri. Artinya, konsep dasar kajian
sosiolinguistik adalah konsep korelasi. Yang dilakukan peneliti di bidang ini
adalah mengkorelasikan bahasa dengan aspek sosial (sosial budaya masyarakat). Seorang
peneliti dalam bidang sosiolinguistik harus dapat membedakan bahasa sebagaimana
adanya (deskriptif) dan bahasa sebagaimana seharusnya (preskriptif atau sering
pula disebut normatif). Dalam studi sosiolinguistik jelas bahwa bahasa harus
diteliti sebagaimana adanya. Oleh karena itu, bahan atau data linguistik yang
diperoleh harus bersifat alamiah (naturally occuring language), tidak
boleh dibuat-buat (contrived).
Ada dua metode penyediaan data yaitu metode observasi dan
metode wawancara Metode observasi (dalam literatur metodologi penelitian
linguistik di Indonesia) disebut metode simak, sedangkan metode wawancara
disebut metode cakap (lih. Sudaryanto, 1993). Metode observasi adalah metode
penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati objek kajian dalam konteksnya.
Misalnya, seorang peneliti sedang meneliti pemakaian peribahasa, maka ia harus
mengumpulkan peribahasa itu bersama dengan teks-teks lain yang menyertainya,
para pemakai peribahasa itu, dan juga unsur-unsur nonverbal lain yang
melatarinya, termasuk unsur prakondisi atau aspek sosial dan budaya. Pemakaian
metode observasi dengan bahan teks sebagai acuan disebut penelitian kepustakaan
(library research), sedangkan metode observasi dengan bahan teks dengan
konteks yang lebih luas disebut
penelitian lapangan (field research). Dalam praktik pelaksanaan observasi ini, peneliti bisa
melakukan pengamatan dengan cara terlibat langsung, dan bisa pula dengan cara
tidak terlibat langsung. Observasi terlibat langsung ini sering dinamai metode
observasi partisipasi atau metode observasi berperan serta, sedangkan observasi
tidak terlibat langsung dikenal pula sebagai metode observasi nonpartisipasi
atau metode observasi tidak berperan serta.
Nama-nama metode ini lazim dipakai dalam literatur metodologi penelitian
sosiolinguistik (Chaika, 1982: 23) dan ilmu sosial lainnya ( Nasution, 2004:
106-113). Perlu diberi catatan bahwa Sudaryanto (1993: 133-134) menamakan
metode observasi partisipasi sebagai teknik simak libat cakap, sedangkan metode
observasi nonpartipasi sebagai teknik simak bebas libat cakap. Metode wawancara
adalah metode penyediaan data dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan secara langsung.
Metode analisis dalam
kajian sosiolinguistik ini dapat dibagi ke dalam dua jenis, pertama, metode korelasi atau
metode pemadanan, yakni metode yang berkaitan dengan pengkorelasian
objek bahasa secara eksternal dengan unsur nonbahasa, dan kedua, metode operasi atau
metode distribusi, yakni metode yang berkaitan dengan pembedahan,
pengolahan, atau pengotak-atikan teks verbal secara internal. Metode korelasi adalah
metode analisis yang menjelaskan objek kajian dalam hubungannya dengan konteks
situasi atau konteks sosial budaya. Metode operasi atau metode distribusi adalah
metode analisis yang menguraikan unsur-unsur substansial objek kajian dan
mendistribusikannya dengan unsur-unsur verbal lainnya untuk mendapatkan pola,
aturan atau kaidah yang berhubungan dengan konteks situasi dan sosial
budayanya.