KONSEP JAMAK DALAM BAHASA INDONESIA
Ening Herniti
Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga
ABSTRACT
Every language has its own type of numeral concepts. The languages also have their own strategies in marking plurality form. To express the sense, Indonesian language uses form of reduplication, numerals or quantifiers stated with the nouns. In addition, the verb in the sentence also affects the concept of singularity and plurality. The existence of plurality of meaning in the Indonesian language is always related to the context in the sentence. The determination of the meaning of a word is not possible without placing it in context. The concept of plural in the Indonesian language is realized at the word, phrase, and the clause or sentence level. In addition, there are some plurality markers in the Indonesian language.
Keywords: jamak, makna, pemarkah, bahasa Indonesia.
A. Pendahuluan
Bahasa-bahasa yang ada di
dunia ini berdasarkan konsep ketaktunggalannya (jamak) digolongkan dalam tiga
kelompok, yaitu (1) bahasa yang tidak mengenal dualis maupun trialis, yakni
bahasa yang memiliki ketaktunggalan yang bermakna lebih dari satu, seperti bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris; (2) bahasa yang mengenal dualis, tetapi tidak
mengenal trialis, yakni bahasa yang memiliki ketaktunggalan yang bermakna lebih
dari dua seperti bahasa Arab; (3) bahasa yang mengenal trialis, yakni bahasa
yang memiliki ketaktunggalan yang bermakna lebih dari tiga, seperti bahasa
Fiji.
Bahasa Indonesia mempunyai
ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah tertentu yang membedakannya dengan
bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan
ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa
Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah.
Bahasa Indonesia tidak
mengenal bentuk jamak (bentuk kata yang menyatakan lebih dari satu atau banyak)
dan tunggal seperti dalam bahasa Arab, bahasa Perancis, dan bahasa Inggris. Artinya, bahasa Indonesia
tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak. Bentuk boy
dan man dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi boys dan men
ketika menyatakan jamak, tidak pernah dikenal dalam bahasa Indonesia. Bentuk bajus
(jamak dari kata baju), temans (jamak dari teman), dan
kursis (jamak dari kursi), misalnya, tidak dikenal dalam bahasa
Indonesia karena memang bukan kaidah bahasa Indonesia.
Untuk menyatakan pengertian
jamak dalam bahasa Indonesia dipergunakan bentuk perulangan (reduplikasi), kata
bilangan (numeralia), atau bentuk kata yang menyatakan jamak. Contoh kata buku,
kata itu mempunyai pengertian yang netral mempunyai bentuk jamak buku-buku
, tiga buku, atau banyak buku. Di samping itu, verba di dalam
kalimat juga mempengaruhi konsep ketunggalan dan kejamakan.
B. Konsep Jamak dalam Bahasa Indonesia
Berkaitan dengan kategori
jumlah, Matthews membuktikan bahwa bentuk-bentuk jamak memperlihatkan ciri bentuk
yang khas karena aspek semantiknya mempunyai penanda (semantically marked).
Pengulangan nomina dalam bahasa Indonesia merupakan cara yang paling eksplisit
untuk menyatakan ‘kejamakan’. Di samping itu, pengulangan adjektiva tertentu
juga akan mengandung makna jamak.[1]
Adanya makna kejamakan dalam
bahasa Indonesia selalu berkaitan dengan konteks dalam kalimat. Penentuan makna
suatu kata tidak mungkin tanpa menempatkannya dalam konteks. Ramlan berpendapat
bahwa makna unsur pengisi suatu fungsi sintaksis berkaitan dengan makna yang
dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi yang lain.[2]
Menurut Sudaryanto bahwa
fungsi predikat (p) yang lazimnya diisi oleh verba, dianggap sebagai unsur
paling inti dalam suatu klausa. Sejumlah verba atau adjektiva tertentu yang
mengisi fungsi P dapat menjadi petunjuk atau penentu bahwa argumen yang
bervalensi dengannya menuntut kejamakan.[3]
Pada dasarnya konsep jamak di
berbagai bahasa itu berciri semesta walaupun dalam merealisasikannya
berbeda-beda. Konsep jamak dalam bahasa Indonesia direalisasikan pada tataran
kata, tataran frasa, dan tataran klausa. Di samping itu, ada beberapa pemarkah
kejamakan dalam bahasa Indonesia.
1. Konsep Jamak Pada Tataran Kata
Konsep
jamak dalam bahasa Indonesia dapat direaliasikan dalam tataran kata. Pada
tataran kata yang menjadi pemarkah jamak adalah reduplikasi utuh, reduplikasi
bervariasi fonem, leksem berciri jamak, dan pronomina jamak.
Simatupang berpendapat bahwa
reduplikasi dapat menyatakan kejamakan bila reduplikasi tersebut dibentuk dari
bentuk dasar nomina dengan reduplikasi penuh, reduplikasi pada nomina dengan
atribut adjektiva yang disisipi yang, reduplikasi pada kata benda dengan
atribut kata bilangan atau kata jumlah.[4]
Hal ini senada dengan dengan pendapat Bauer bahwa reduplication is
frequently used to indicate plurality.[5]
1.1 Pemarkah Jamak dengan Reduplikasi
Utuh
Bentuk reduplikasi yang dapat
menjadi pemarkah jamak adalah sejenis reduplikasi yang cenderung bersenyawa
denga bentuk dasar nomina berciri + HITUNG (countable nouns). Untuk
lebih jelasnya cermati contoh berikut.
(1) Partai-partai baru agaknya dapat memberikan angin segar
atau sedikit harapan.
(2) Mansori berseru,
“singkirkan orang-orang non-PNI dari tubuh PDI Perjuangan”.
Kejamakan nomina partai
dan orang pada partai-partai dan orang-orang dihasilkan
oleh adanya gramatikal antara nomina partai dan orang sebagai
bentuk dasar dengan partai-partai dan
orang-orang sebagai morfem ulang
(morfem reduplikasi). Hubungan semacam ini mengakibatkan makna jamak pada
tataran kata yang berupa nomina partai dan orang.
Dalam bahasa Indonesia
terdapat sejumlah kata yang menunjuk pengertian jamak. Jamak artinya berjumlah
lebih dari satu. Jamak dapat dinyatakan dalam bentuk pengulangan nomina atau
dengan menambahkan bentuk kata tertentu, seperti semua, para,
dan banyak. Penggunaan kata penunjuk jamak tersebut terkadang masih
tidak tepat. Dalam kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, morfem . Pada
kenyataan berbahasa, banyak ditemukan penggunaan bentuk jamak yang tumpang
tindih atau mubazir. Perhatikan contoh berikut.
(1a) Semua
partai-*partai baru agaknya dapat memberikan angin segar atau sedikit
harapan.
Seharusnya:
(1b) Semua
partai baru agaknya dapat memberikan angin segar atau sedkitnya harapan.
(2a)
Mansori berseru, “singkirkan semua orang-*orang non-PNI dari tubuh PDI
Perjuangan”.
Seharusnya:
(2b)
Mansori berseru, “singkirkan semua orang non-PNI dari tubuh PDI
Perjuangan”.
Kejamakan pada partai-partai
dan orang-orang juga dapat ditunjukkan dengan memberikan pemarkah tunggal
sebuah atau satu.
(1c) *[6]Sebuah
partai-partai baru agaknya dapat memberikan angin segar atau sedikitnya
harapan.
(2c)
*Mansori berseru, “singkirkan satu orang-orang non-PNI dari tubuh PDI
Perjuangan”.
Ketidakgramatikalan kalimat
(1c) dan (2c) karena partai-partai dan orang-orang menunjukkan makna
jamak sehingga tidak dapat dilekati oleh pemarkah tunggal.
1.2 Pemarkah Jamak dengan Reduplikasi
Bervariasi Fonem
Pemarkah lain sebagai penanda
jamak dalam bahasa Indonesia adalah reduplikasi bervariasi fonem. Hal ini
tampak dalam contoh berikut.
(3) Aku kembali kemari karena
di tengah jalan secara tidak sengaja melihat orang berpakaian biru berjanggut
biru dengan gerak-gerik mencurigakan.
Reduplikasi bervariasi fonem
gerak-gerik bermakna jamak karena jika dilekati pemarkah tunggal akan tidak
gramatikal.
(3a) Aku
kembali kemari karena di tengah jalan secara tidak sengaja melihat orang
berpakaian biru berjanggut biru dengan satu gerak-gerik mencurigakan.
1. 3 Leksem Berkonsep Jamak
Leksem yang bermakna jamak
yang dimaksud di sini adalah kata yang telah bermakna jamak meskipun tanpa
pemarkah jamak.
(4) Aksi massa yang
terjadi selama ini telah memakan korban jiwa.
(5) Winter memang pernah
menjadi sorotan utama publik.
(6) Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai
budaya secara logis akan mengalami berbagai permasalahan.
(7) Alumni UIN Sunan Kalijaga mendapat tempat di
hati masyarakat.
Leksem massa, publik,
masyarakat, dan alumni pada contoh di atas sudah mempunyai makna
jamak meskipun tanpa pemarkah jamak. Kejamakan leksem massa, publik,
masyarakat, dan alumni dapat terlihat bila dimarkahi bentuk
tunggal seperti kalimat berikut.
(4a) *Aksi sebuah massa
yang terjadi selama ini telah memakan korban jiwa.
(5a) *Winter memang pernah
menjadi sorotan utama sebuah publik.
(6a) *Sebuah
Masyarakat Indonesia
yang terdiri dari berbagai budaya secara logis akan mengalami berbagai
permasalahan.
(7a) *Seorang alumni
UIN Sunan Kalijaga mendapat tempat di hati masyarakat.
Kalimat (4a), (5a), (6a), dan
(7a) tidak gramatikal karena massa, publik, masyarakat,
dan alumni yang telah menunjukkan makna jamak sehingga tidak dapat
dilekati dengan pemarkah tunggal. Makna alumni sering kali dikacaukan
dengan kata alumnus padahal alumni bermakna jamak, yakni
orang-orang yang telah mengikuti atau tamat dari suatu sekolah atau mempunyai
pengertian orang yang telah mengikuti atau tamat dari suatu sekolah atau
perguruan tinggi. Alumni adalah bentuk jamak dari alumnus. Alumni
menunjukkan banyak orang sedangkan alumnus adalah bentuk tunggal yang
menunjukkan satu orang saja. Dengan kata lain, alumni adalah para alumnus
atau kumpulan alumnus.
Jadi, kalimat (7) akan
menjadi gramatikal jika diubah sebagai berikut.
(7b) Seorang alumnus
UIN Sunan Kalijaga mendapat tempat di hati masyarakat.
(7c) Para alumnus UIN Sunan Kalijaga mendapat tempat
di hati masyarakat.
1.4 Pronomina Jamak
Dalam bahasa Indonesia terdapat
kata ganti orang yang telah menujukkan makna jamak, seperti kata kalian,
mereka, kita, dan kami. Untuk lebih jelasnya tampak pada contoh
berikut.
(8) “Apakah kalian sudah
menyampaikan pesan guru?” tanya Si Janggut Biru
(9) Bagaimana mereka tahu kalau dia membawa
peta pelaga emas?
(10) Kita harus membantu korban Merapi.
(11) Kami sangat menyesal mengapa hal itu sampai
terjadi pada kalian.