Bab
I
Pengertian
Filsafat Bahasa
A. Pendahuluan
Filsafat bahasa merupakan salah
satu cabang filsafat yang mengandalkan analisis penggunaan bahasa karena banyak
masalah-masalah dan konsep-konsep filsafat yang hanya dapat dijelaskan melalui
analisis bahasa karena bahasa merupakan sarana yang vital dalam filsafat.
Filsafat bahasa merupakan
studi filsafati berdasarkan nilai apriori atau aposteriori dari bahasa dan
bagaimana bahasa itu dijadikan sebagai alat komunikasi. Filsafat bahasa sebagai
studi analisis filsafati, pemaknaan bersifat objektif dan subjektif. Bersifat
objektif, apabila makna yang diungkap merupakan makna yang dikandung secara
leksikal/denotasi dalam sebuah wacana lisan atau tulisan. Bersifat subjektif,
apabila makna yang diungkap ada dalam mata si pembaca dan merupakan makna
kontekstual, yaitu apa yang ada di balik makna kata tersebut/konteks.
B.
Pengertian Filsafat
1. Secara
Etimologi
Secara etimologi, istilah
filsafat merupakan derivasi dari kata “falsafah” (bahasa Arab) yang
diadopsi dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “Philoshopia” yang
terbentuk dari dua kata; “philien/philo” yang berarti cinta dan “shopia”
yang berarti kebijaksanaan; pengetahuan. Secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan dan orangnya disebut “filosof”. Orang yang pertama
kali memakai kata “filsafat” adalah Phytaghoras, filosof Yunani
(582-496 SM).
Secara
etimologis filsafat berarti :
1.
cinta
akan kebenaran
2.
suatu
dorongan terus-menerus untuk mencari dan mengejar kebenaran
2. Secara
Terminolagi
Pengertian
Filsafat dari beberapa ahli adalah sebagai berikut.
a. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997:227)
1). Teori atau analisis logis
tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran, pengetahuan, dan
sifat alam semesta
2). Prinsip-prinsip umum
tentang suatu bidang pengetahuan
3). Ilmu yang berintikan
logika, estetika, metafisika, dan epistemologi
4). Suatu cara berpikir yang
radikal, menyeluruh, dan mengupas sesuatu sedalam-dalamnya
Akal budi adalah mencakup
keseluruhan kemampuan yang spesifik manusiawi, yakni daya cipta, karsa, dan
rasa. Filsafat mengkaji hakikat segala yang ada di dunia ini, baik dari manusia
maupun sendiri maupun benda di sekitarnya.
b. Plato (427-347 SM):
Plato (427sm – 347 SM)
seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles,
mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli). Filsafat adalah ilmu
yang berbicara tentang hakikat sesuatu.
c. Aristoteles (Murid Plato)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan
tentang kebenaran yang meliputi logika, matematika, metafisika, fisika, dan
pengetahuan praksis.
Aristoteles (384 sm – 322sm) mengatakan :
filsafat adalah ilmus pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya
terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
d. Marcus
tullius cicero
(106 sm – 43sm),
politikus dan ahli pidato Romawi.
Filsafat adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
e. Al-Farabi (Filosof muslim terbesar sebelum Ibnu Sina yang meninggal
950 M)
Filsafat adalah ilmu:yang
bertugas untuk mengetahui semua yang ada karena ia ada. Filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya.
f. Imanuel Kant (1724-1804), filosof abad renainses dari
Jerman:
Filsafat adalah ilmu
pengetahuan mengenai pokok pangkal dari segala perbuatan dan pengetahuan.
Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di
dalamnya empat persoalan, yaitu: ” apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab
oleh metafisika) ” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
”sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi).
g. Prof.
Dr. Fuad hasan, Guru
Besar Psikologi Universitas Indonesia
Filsafat adalah suatu ikhtiar
untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya
suatu hal yang hendak dimasalahkan.
h. Bertrand Russel:
Filsafat ialah kegiatan
berpikir kritis yang bersifat serius. Fungsi filsafat bagi Russel sebagai
pengkritik pengetahuan, mengkritisi asas-asas ilmu pengetahuan. Ia mengatakan
filsafat adalah menjawab pertanyaan tinggi (sulit) yang tidak dapat dijawab
oleh sains. Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi
dan sains.
i. William James:
Filsafat adalah kumpulan
pertanyaan yang belum terjawab oleh sains secara memuaskan.
j. Fung Yu Lan:
Filsafat adalah pikiran
sistematis dan merupakan refleksi tentang kehidupan.
Dalam khazanah keilmuan Islam
pengertian filsafat disejajarkan dengan pengertian “Hikmah”. Bagi
dunia Islam filsafat adalah hikmah itu sendiri. Seperti yang dikatakana oleh Ibn
Abbas hikmah adalah ucapan yang rasional yang dipelihara oleh kekuatan
empirik. Meskipun pengertian filsafat yang diberikan oleh para ahli filsafat
baik Barat maupun Timur, klasik maupun modern berbeda-beda, namun dari semua
definisi tersebut dapat diambil kesimpulan yang mengarahkan pada kesamaan pengertian
filsafat:
1. filsafat
merupakan proses pencarian kebenaran.
2. filsafat
merupakan proses berfikir yang mendalam
3.
filsafat adalah pencarian hakikat dari sesuatu hal yang ada.
Simpulan:
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam, sungguh-sungguh,
dan radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
C. Apakah
Berfilsafat itu?
Berfilsafat
berarti:
1. ingin mengetahui apa yang
telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu;
2. berendah hati bahwa tidak
semua pengetahuan kita ketahui dalam kesemestaan yang tak terbatas ini;
3. mengoreksi diri, berani
berterus-terang seberapa jauh kebenaran yan dicari telah kita jangkau.
D. Cabang-cabang
Filsafat:
1. Logika 7.
Pendidikan
2. Etika 8.
Hukum
3. Estetika 9.
Sejarah
4. Metafisika 10.
Matematika
5. Politik 11.
Bahasa
6. Agama 12.
Ilmu
E. Pengertian Bahasa
1. Aristoteles
Bahasa adalah alat untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia. Dengan kata lain, pikiran
mempengaruhi bahasa karena pikiranlah maka bahasa itu ada.
2. Edward
Sapir dan Benyamin L. Whorf (hipotesis Sapir-Whorf)
Bahasa ibu (native
language) yang kita kuasai sejak kecil bertindak sebagai kisi-kisi dalam
benak kita yang menghalangi pandangan kita dalam melihat dunia luar ketika kita
menggunakan bahasa.
3. Leonard
Bloomfield (pakar linguisik struktural)
Bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang bersifat sewenang-wenang yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk
bekerja sama dan berinteraksi.
4. Wilhelm
von Humboldt (pakar bahasa dari Jerman pada abad ke-19)
Bahasa merupakan suatu
sintesis (gabungan) bunyi sebagai bentuk luarnya dan pikiran sebagai bentuk
dalamnya.
5. Avram
Noam Chomsky (Aliran Trasnformasional)
a. Competence (kemampuan)
Setiap penutur suatu bahasa
mempunyai kemampuan untuk menguasai kaidah gramatika bahasanya.
b. Performance (penampilan)
Wujud
ujaran
c. Deep
structure (struktur dalam/batin)
Struktur yang digambarkan
dengan rumus-rumus yakni NP+VP (frase nomina+frase verba).
d. Surface structure
(struktur permukaan/lahir)
Struktur
yang diwujudkan ujaran.
6. Kridalaksana (1993:21) dan Depdikbud
(1997:77)
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
diri.
Dari batasan bahasa di atas ada lima butir yang penting, yaitu bahwa bahasa
itu:
1).
manusiawi (human)
2).
dipelajari (non-instinctive)
3).
sistem (system)
4).
arbitrer (voluntarily
produced)
5).
simbol/lambang (symbols)
1). Manusiawi
Hanya
manusia yang memiliki sistem simbol untuk berkomunikasi. Makhluk lain, seperti
binatang memang berkomunikasi dan mempunyai bunyi, tetapi sistem itu bukanlah
kata-kata. Perkembangan bahasa inilah yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya karena manusia diberi kelebihan dalam berpikir.
2). Dipelajari
Manusia ketika dilahirkan tidak
langsung mampu berbicara. Anak harus belajar berbahasa melalui lingkungannya,
seperti orang tua.
3). Sistem
Bahasa memiliki
seperangkat aturan. Perangkat inilah yang menentukan struktur (grammar)
apa yang diucapkannya.
4). Arbitrer
Manusia mempergunakan bunyi-bunyi tertentu
dan disusun dalam cara tertentu adalah secara kebetulan saja.
5). Simbolik
Bahasa
terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti. Kita dapat
menggunakan simbol-simbol ini untuk berkomunikasi sesama manusia karena manusia
sama-sama memiliki perasaan, gagasan, dan
keinginan. Dengan demikian,
manusia menerjemahkan orang lain atas acuan pada pengalaman diri
sendiri. Misalnya, ketika orang lain mengatakan “Saya haus”. Pernyataan
tersebut dapat dipahami karena kita pernah mengalami peristiwa haus.
7. Sapir (1921 via Alwasilah, 1985:7-8)
Bahasa adalah:
A
purely human and non-instinctive method of communicating ideas, emotions, and
desires, by means of a system of voluntarily produced symbols.
F.
Pengertian filsafat bahasa
1.
Kaelan, 1998:6-7:
- Bahasa
sebagai sarana analisis para filsuf dalam memecahkan, memahami, dan
menjelaskan konsep-konsep dan problem-problem filsafat. Dengan perkataan
lain, bahasa digunakan sebagai alat analisis konsep-konsep dan
masalah-maslah filsafat.
- Salah
satu cabang filsafat yang mengandalkan analisis penggunaan bahasa karena
banyak masalah dan konsep filsafat yang hanya dapat dijelaskan melalui
analisis bahasa sebab bahasa merupakan sarana yang vital dalam filsafat.
2. Verhaar:
Filsafat bahasa mengandung dua makna
yaitu:
(1) Filsafat mengenai bahasa
Bahasa dijadikan sebagai
objek berfilsafat, seperti ilmu bahasa, psikolinguistik, sejarah asal-usul
bahasa.
(2) Filsafat berdasarkan bahasa.
Bahasa dijadikan sebagai
landasan atau acuan dalam berfilsafat. Bahasa dianggap sebagai alat yang dapat
mengungkapkan gerak-gerik hati manusia, terutama ia berpikir, bagaimana
pandangannya mengenai dunia dan manusia itu sendiri tanpa terlebih dahulu
menyusun sistemnya. Dalam hal ini, menurut Verhaar bahasa mengandung dua
pengertian; bahasa eksklusif yaitu bahasa komunikasi sehari-hari yang dipakai
sebagai pedoman filsafat analitik dan bahasa inklusif yaitu bahasa musik,
bahasa cinta, bahasa alam yang dijadikan arahan dalam hermeneutika.
3. Rizal Mustansyir:
Filsafat bahasa adalah
penyelidikan secara mendalam terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat,
sehingga dapat dibedakan pernyataan filsafat yang bermakna dan tidak bermakna.
4. Asep
A. Hidayat:
Filsafat bahasa dalam
pengertian sebagai ilmu adalah kumpulan dari hasil pemikiran filosof tentang
hakikat bahasa yang disusun secara sisitematis untuk dipelajari dengan
menggunakan metode tertentu. Sedangkan pengertian filsafat bahasa sebagai
sebuah metode adalah metode berfikir secara mendalam, logis, dan universal
mengenai hakikat bahasa.
Pertanyaan
Filosofis:
Seperti 'kebenaran',
'keadilan', 'kewajiban', 'kebaikan',
dan sebagainya.
G.
Perbedaan Filsafat Bahasa dengan Linguistik
Perbedaan filsafat bahasa
dengan linguistik adalah lingustik bertujuan mendapatkan kejelasan tentang
bahasa. Dengan perkataan lain, tujuan akhir dari linguistik adalah mendapatkan
kejelasan tentang hakikat bahasa, sedangkan filsafat bahasa memandang kejelasan
hakikat bahasa bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai objek sementara
agar pada akhirnya dapat diperoleh kejelasan tentang hakikat pengetahuan
konseptual (Poedjosoedarmo, 2001:2).
H.
Perbedaan Filsafat Bahasa dengan Filsafat Ilmu Bahasa
Sebelum
melangkah lebih lanjut, alangkah baiknya perlu dibedakan istilah filsafat
bahasa (the philosophy of language) dengan filsafat ilmu bahasa/linguistik
(linguistic philosophy). Dalam buku The Philosophy of Language (Searle, 1971: 1) pada bab pendahuluan
dijelaskan bahwa:
Linguistic philosophy
consists in the attempt to solve philosophical problems by analysing the
meanings of words, and by analysing logical relations between words ini natural
languages….The philosophy of language consists in the attempt to analyse
certain general features of language such as meaning, reference, truth,
verification, speech acts, and logical necessity.
Filsafat ilmu bahasa/kebahasaan
berupaya untuk memecahkan masalah-masalah
filosofis dengan cara menganalisis makna kata dan hubungan logis antarkata di
dalam bahasa. Sementara itu, filsafat
bahasa lebih menekankan pada analisis unsur-unsur umum dalam bahasa seperti
makna, acuan (referensi), kebenaran, verifikasi, tindak tutur, dan
ketidaknalaran.
Hubungan antara simbol, konsep, dan acuan
digambarkan sebagai berikut (Ogden
dan Richards).

referensi
atau konsep/makna (thought reference/concept)
simbol/bentuk
(symbol) acuan (referent
)
Contoh
kajian filsafat ilmu bahasa:
“Mengapa sistem
morfologi bahasa Arab berbeda dengan bahasa Indonesia?”
I. Tugas
Filsafat Bahasa
1. Bukan membuat pertanyaan
tentang sesuatu yang khusus seperti filsafat-filsafat lain, tetapi memecahkan
persoalan yang timbul akibat ketidakpahaman terhadap bahasa.
2. Filsafat bahasa harus dapat
menjelaskan "apa yang dapat dikatakan" dan "apa yang tidak dapat
dikatakan"
K. Metode
Filsafat Bahasa
Metode filsafat bahasa adalah metode bertanya-kritis terhadap
bahasa yang digunakan karena para filsuf analitik menganggap bahwa bahasa
filsafat banyak kekaburan/kesamaran (vagueness), ketaksaan (ambuguity),
ketidakeksplisitan (inexplicitness), bergantung pada konteks (dependence
contex), dan menyesatkan (misleadingness). Hal itu berbanding
terbalik dengan pendapat para linguis yang menyatakan bahwa kesamaran dan
ketaksaan bahasa tersebut di samping sebagai kelemahan juga sebagai kelebihan
bahasa karena bersifat multifungsi, yakni selain berfungsi simbolik, bahasa
juga memiliki fungsi emotif dan afektif.
Kelemahan-kelemahan Bahasa:
1). Vaguenes
(kesamaran/kekaburan)
Makna yang terkandung dalam suatu
ungkapan bahasa pada dasarnya hanya mewakili realitas yang diacunya. Penjelasan
verbal tentang aneka warna bunga anggrek tidak akan setepat dan sejelas dengan
pengamatan secara langsung tentang aneka bunga anggrek tersebut.
2). Ambiguity
(ketaksaan)
Penggunaan sinonimi,
hiponimi, homonimi, polisemi, dan homograf.
Contoh:
-
bisa
(dapat/sanggup, racun)
-
apel
(upacara, nama buah)
-
bunga
(kembang, gadis)
-
orang
tua (bapak-ibu, orang yang sudah tua)
3). Inexplicitness
(tidak eksplisit)
Bahasa sering kali tidak
mampu mengungkapkan secara eksak, tepat, dan menyeluruh dalam mewujudkan
gagasan yang dipresentasikan.
4). Context dependent
(bergantung pada konteks dan situasi)
Pemakaian suatu bentuk sering
kali berubah maknanya sesuai dengan konteks gramatik, sosial, serta konteks
situasional.
5). Misleadingness
(menyesatkan)
Sehubungan dengan keberadaan
bahasa dalam komunikasi tentu selalu dapat menimbulkan salah tafsir. Salah
tafsir tersebut karena kekacauan semantik dan sirkular (berputar-putar)
L. Objek
Filsafat Bahasa
1. Formal
a. Ontologi (membahas tentang hakikat
subtansi dan pola organiasi bahasa).
Ontologi
membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis. Pemahaman
ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda
yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan
bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya.
b. Epistemologi (membahas tentang hakikat
objek dan material bahasa)
Epistemologi adalah
pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas, dan
kebenaran pengetahuan (ilmiah). Epistemologi juga membahas bagaimana menilai
kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi
pengetahuan (ilmiah), seperti teori koherensi, korespondesi pragmatis, dan
teori intersubjektif. Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar
dan dipercaya. Metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif
sehingga menjadi jembatan penghubung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian
yang dilakukan secara empiris. Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya
secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan
pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. Jika seseorang ingin
membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara, sikap, dan sarana yang
digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar. Apa yang diyakini
atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar
kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum
tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Itulah
sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang.
c.
Aksiologi (membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoretis dan kegunaan
praktis bahasa).
Aksiologi meliputi nilai
nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran
atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan. Nilai-nilai
kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
2.
Material
Bahasa sebagai objek materia filsafat
karena filsafat bahasa membahas hakikat bahasa itu sendiri.
M.
Aliran dalam Filsafat Bahasa
1. Atomisme logis (logical
atomism)
2. Positivisme logis/empirisme
logis (neo positivisme)
3. Filsafat bahasa biasa (the
ordinary language philosophy)
N. Hubungan
Filsafat dengan Bahasa
1. Bahasa merupakan objek
materi filsafat sehingga filsafat bahasa membahas hakikat bahasa itu sendiri.
2. Filsafat sebagai suatu
aktivitas manusia yang berpangkal pada akal pikiran manusia untuk menanamkan
kearifan dalam hidupnya, terutama dalam mencari dan menemukan hakikat realitas
dari segala sesuatu, memiliki hubungan sangat erat dengan bahasa terutama
bidang semantik.
3. Dunia fakta dan realitas
yang menjadi objek aktivitas filsafat adalah dunia simbolik yang hanya
terwakili oleh bahasa.
4. Ungkapan pikiran dan
hasil-hasil perenungan kefilsafatan hanya dapat dilakukan dengan bahasa
5. Bahasa sebagai media
pengembang refleksi filosofis
O. Hubungan
Bahasa dengan Metafisika
Metafisika:
1. suatu cabang filsafat yang
membahas secara sistematis dan reflektif dalam mencari hakikat segala sesuatu
yang ada di balik hal-hal yang bersifat fisik dan bersifat parikular.
2. mencari prinsip dasar yang
mencakup semua hal yang ada merupakan prinsip dasar yang dapat ditemukan pada
semua hal.
Pertanyaan
fundamental para filsuf :
Apakah keadilan,
kesucian, ruang, waktu, kontradiksi, kebaikan, dan sebagainya.
Sembilan
aksidensia Aristoteles:
1. kuantitas: luas, bentuk,
dan berat
2. kualitas: sifat yang dapat
indra
3. aksi: perubahan (dinamika
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin terjadi)
4. passi: penerimaan perubahan
5. relasi: benda berhubungan
dengan sesuatu yang lainnya
6. tempat
7. waktu
8. keadaan: bagaimana sesuatu
itu berada pada tempatnya.
9. kedudukan: bagaimana
sesuatu berada di samping sesuatu.
Plato:
"Manakala sejumlah orang menyebut
kata yang sama, kita berasumsi bahwa mereka itu juga memikirkan ide yang sama."
Meinong,
Filsuf Jerman pada akhir abad ke 19:
Setiap tutur yang bermakna di dalam
kalimat tentulah mempunyai referent (acuan). Kalau tidak, tutur itu
tidak akan bermakna sehingga ada acuannya. Kalau benda acuan dapat dilihat di
sekiar kita, maka tentulah benda itu ada dengan cara keberadaan yang lain.
P. Hubungan
Bahasa dengan Logika
Logika adalah studi tentang inference
(kesimpulan-kesimpulan). Logika berusaha menciptakan suatu kriteria guna
memisahkan inferensi yang sahih dari yang tidak sahih. Karena penalaran itu terjadi
dengan bahasa, maka analisis itu bergantung pada analisis statement-statement
yang berbentuk premis dan konklusi. Studi tentang logika membukakan kenyataan
bahwa sahih dan tidaknya inferensi itu bergantung pada wujud statement,
yakni jenis istilah dan bagaimana istilah itu disusun menjadi statement.
Q. Hubungan
Bahasa dengan Epistemologi
Epistemologi atau teori ilmu
pengetahuan yang menaruh perhatian kepada bahasa dalam beberapa aspek, terutama
dalam masalah pengetahuan a priori, yakni pengetahuan yang dianggap
sudah diketahui tanpa didasarkan pada pengalaman yang sudah dialami secara
nyata.
R. Lingkup Filsafat
Bahasa
1.
Membahas filsafat analitik, baik
menyangkut perkembangan maupun konsep-konsep dari para tokonya.
2.
Penggunaan dan fungsi bahasa.
3.
Teori makna dan dimensi-dimensi makna
(semantik).